Bagaimana Melakukan Pemadaman Kebakaran ?

BAGAIMANA CARA MELAKUKAN PEMADAMAN KEBAKARAN?


PRINSIP UTAMA

Api adalah unsur yang amat penting bagi manusia. Ia sama pentingnya dengan air dan tanah pada manusia. Api dipakai untuk keperluan rumah tangga, kantor, kendaraan bermotor, industri-industri, dan lain-lain.
Namun bila ia tidak dikendalikan dapat menimbulkan bencana dalam kehidupan manusia dan lingkungan sekitar. Lingkungan minyak dan gas bumi mengandung banyak sekali potensi kebakaran dan ledakan yang mengakibatkan kerugian besar dan amat mengganggu jalannya bisnis perusahaan. Bencana yang ditimbulkan bisa menimpa manusia itu sendiri, aset-aset, material, dan lingkungan, serta imej negara tersebut di mata dunia.
Oleh karena itu penanganan atau pengendalian api sangat penting dilakukan. Dan untuk menangani masalah api ini terlebih dahulu harus mengetahui definisi api, reaksi apa sebenarnya yang terjadi pada api, serta bagaimana menanggulanginya.
Api merupakan suatu proses reaksi kimia yang sangat cepat dan diikuti dengan timbulnya nyala/cahaya, asap, gas, dan energi panas. Proses terjadinya api adalah karena adanya fuel atau bahan bakar, oksigen (O2), dan panas. Inilah yang biasa disebut “segitiga api”. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, maka api tidak akan terjadi. 


(gambar: Segitiga Api)

Oleh karena itu, prinsip utama pemadaman kebakaran adalah:
  1. Menghilangkan bahan bakar
  2. Memisahkan uap bahan bakar dengan udara
  3. Medinginkan atau menurunkan suhu
  4. Memutus mata rantai rekasi kimia
Untuk memadamkan api yang tidak diinginkan, adalah dengan memisahkan salah satu dari ketiga unsur tersebut. Berikut ini adalah istilah-istilah dalam pemisahan elemen api.
  1. Starving adalah mengurangi atau mengambil atau memisahkan bahan bakar (fuel) sampai di bawah batas dapat terbakar bawah (Low Flamable Limit/LFL). Dengan dipisahkannya bahan bakar, api tidak akan ada. Cara ini dilakukan misalnya dengan menutup saluran kerangan bahan bakar pada daerah yang terbakar.
  2. Smoothering adalah mengambil atau mengurangi atau memisahkan udara, dalam hal ini O2, dengan bahan bakar (fuel) sehingga tidak ada kontak pada kedua zat tersebut. Cara seperti ini dilakukan misalnya dengan cara menutup permukaan bahan bakar dengan selimut api (Fire Blanket) atau dengan busa (foam).
  3. Cooling adalah menurunkan atau mengurangi temperatur bahan bakar hingga di bawah titik nyalanya atau flash point. Cara ini biasanya dilakukan dengan penyemprotan oleh air.
  4. Dillution adalah mengurangi atau mendorong kadar oksigen di udara sampai batas minimum sehingga pembakaran berhenti. Cara ini biasanya dengan penyemprotan gas ‘inert’, misalnya menggunakan gas Nitrogen. Adanya semprotan Nitrogen menyebabkan Oksigen tergeser keberadaannya dari tempat pembakaran.
Disamping itu cara lain untuk memadamkan api adalah dengan memutus rantai reaksi kimia pembakaran sehingga tidak ada lagi radikal bebas bahan bakar yang bereaksi (Breaking Chain Chemical Reaction). Cara seperti ini misalnya dengan  menebas api atau menambahkan bahan kimia ke reaksi pembakaran (halon dry chemical).

KLASIFIKASI KEBAKARAN

Klasifikasi kebakaran Indonesia sesuai dengan klasifikasi menurut NFPA, seperti yang tertuang pada Peraturan Menaker : 04/Men/tahun1980. Klasifikasi tersebut sama juga dengan jenis pemadam kebakaran api ringan yaitu :
  1. Kelas "A" = Media untuk memadamkan kebakaran berbahan bakar padat selain logam seperti kayu, kertas, arang tekstil, plastik, dan sejenisnya.
  2. Kelas "B" = Media untuk memadamkan kebakaran berbahan bakar cair & gas seperti bensin, solar, minyak tanah, aspal, gas alam dan sejenisnya.
  3. Kelas "C" = Media untuk memadamkan kebakaran akibat listrik yang bertegangan.
  4. Kelas "D" = untuk memadamkan kebakaran bahan logam seperti magnesium, aluminium, kalium, dan lain-lain.
Sifat-sifat dari masing-masing kalsifikasi kebakaran di atas adalah:
Kelas A: terbakar sampai bagian dalam atau terdapat bara.
Kelas B: terbakar pada permukaan.
Kelas C: terbakar pada titik sumber gas mengalir.
Kelas D: pada kebakaran logam akan bertemperatur tinggi, sehingga bila dipadamkan dapat terjadi peledakan karena perubahan fase media pemadam mejadi gas.

Untuk memadamkan api kita harus mengetahui terlebih dahulu bahan bakarnya / penyebabnya lalu sesuaikan dengan jenis APAR tersebut.

APAR Kelas A:
Ukuran minimum APAR kelas A:
TIPE BAHAYA
KEMAMPUAN APAR
JARAK MIN (FEET)
RENDAH
2A
75
SEDANG
2A
75
TINGGI
4A
75

APAR Kelas B:
Ukuran dan penyebaran APAR kelas B tergantung tingkat bahaya kebakaran dengan rating minimum dan jarak tempuh seperti pada tabel berikut ini:
TINGKAT BAHAYA
MINIMUM RATING UNTUK SETIAP APAR
MAKSIMUM JARAK TEMPUH  (FEET)
RENDAH
5 – B
10 - B
30
50
SEDANG
10 – B
20 – B
30
50
TINGGI
40 – B
80 – B
30
50

Jarak tempuh maksimum kelas B adalah 50 ft (15, 25 m), lebih pendek dari kelas A karena kecepatan rambat kebakaran lebih cepat dibandingkan kelas A.

APAR Kelas C:
Persyaratan Rating Apar kelas C adalah media pemadam yang tidak menghantarkan listrik dan mampu memadamkan peralatan listrik. Jumlah APAR ditentukan dari:
  1. Ukuran peralatan listrik
  2. Jangkauan pancaran APAR
  3. Konfigurasi  peralatan listrik (khususnya lingkungan peralatan) yang mempengaruhi distribusi media pemadam.
  4. Jumlah material kelas A dan B di sekitar area peralatan listrik.
APAR Kelas D:
Untuk APAR kelas D, jumlah dan ukuran ditentukan dari:
  1. Jenis logam yang terbakar
  2. Luas daerah yang dilindungi
  3. Saran dari pabrik APAR
  4. Jarak tempuh tidak lebih dari 75 ft.
Selain APAR, ada juga APAB (dengan roda). APAB juga termasuk alat pemadam Api jinjing dengan media pendorong adalah gas N2 dengan berat sekitar 20 sampai 40 kg untuk klasifikasi kebakaran kelas A, B, dan C.

JENIS-JENIS APAR MENURUT BAHANNYA

Fire Extinguisher atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR), terdiri dari:
  1. APAR jenis Air (Water Fire Extinguisher)
  2. APAR jenis Tepung Kimia (Dry Chemical Powder)
  3. APAR jenis Busa (Foam Liquid AFFF)
  4. APAR jenis CO2 (Carbon Dioxide)
  5. APAR jenis Hallon (Thermatic Halotron)
JENIS BAHAN YANG BISA TERBAKAR:
Kelas A: Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.
Kelas B: Bensin, Gas, Oil, Cat, Solvents, Methanol, Propane, dll.
Kelas C: Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.

APAR jenis Air (Water Fire Extinguisher)
Efektif untuk jenis api kelas A: Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.
Air merupakan salah satu bahan pemadam api yang paling berguna sekaligus ekonomis. Semua pemadam api berbahan air produksi  memiliki aplikasi tipe jet yang mampu menghasilkan arus yg terkonsentrasi sehingga membuat operator mampu melawan api dari jarak yang lebih jauh dari pada Nozzle semprot biasa. 

APAR jenis Tepung Kimia (Dry Chemical Powder)
Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.), kelas B (Bensin, Gas, Oil, Cat, Solvents, Methanol, Propane, dll) dan kelas C (Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.).
Alat Pemadam Api Ringan  berbahan bubuk kering, sangat serbaguna untuk melawan api Kelas A, B & C, serta cocok untuk mengatasi resiko tinggi. Selain berguna dalam mengatasi bahaya listrik, cairan mudah terbakar dan gas, bubuk juga efektif untuk kebakaran kendaraan.

APAR jenis Busa (Foam Liquid AFFF)
Alat Pemadam Api Ringan berbahan busa, cocok untuk melawan api Kelas A & B. Alat pemadam berbahan busa memiliki kemampuan untuk mengurangi resiko menyalanya kembali api setelah pemadaman. Setelah api dipadamkan, busa secara efektif menghilangkan uap bersamaan dengan pendinginan api.
Alat pemadam api berbahan busa menyediakan kemampuan yang cepat dan kuat dalam mengatasi api kelas’A’ dan ‘B’. Sangat efektif terhadap bensin dan cairan yang mudah menguap, membentuk “segel” api diatas permukaan dan mencegah pengapian ulang. Ideal untuk penggunaan multi-risiko.
Peringkat Api menyediakan cara untuk mengukur efektivitas dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran maksimum api yang bisa dipadamkan. Kelas A contohnya kotak api kayu yang terbakar dengan lebar 0.5m x tinggi 0.56m x panjang. Angka rating adalah sepuluh kali panjang dalam meter, misalnya. 13A menggunakan tumpuka kayu 1,3 meter. Kelas B terkait dengan kebakaran luas permukaan dan angka rating untuk jumlah cairan yang mudah terbakar dalam rasio 1 / 3 air , 2 / 3 bahan bakar yang dapat dipadamkan dalam areal melingkar.

APAR jenis CO2 (Carbon Dioxide)
Alat pemadam api berbahan CO2 sangat cocok untuk peralatan ber-listrik dan api Kelas B. Kemudian kemampuan tingginya yang tidak merusak serta efektif dan bersih yang sangat dikenal luas. CO2  memiliki sifat non-konduktif dan anti statis. Karena gas ini tidak berbahaya untuk peralatan dan bahan yang halus, sangat ideal untuk lingkungan kantor yang modern, dimana minyak, solvent dan lilin sering digunakan.
Kinerja yang tidak merusak dan sangat efektif serta bersih sangatlah penting. Kedua model memiliki corong yang tidak ber-penghantar dan anti statis, cocok untuk situasi yang melibatkan cairan yang mudah terbakar dan bahaya listrik.
Gas (yang dihasilkan) tidak (bersifat) merusak peralatan dan bahan yang halus. Ideal untuk lingkungan kantor modern, dengan semua risiko elektronik-nya, dan dimana minyak, bahan pelarut dan lilin sering digunakan.
Peringkat Api menyediakan cara untuk mengukur efektivitas dari suatu alat pemadam dalam hal ukuran maksimum api yang bisa dipadamkan.Kelas B ini terkait dengan kebakaran luas permukaan dengan angka rating untuk jumlah cairan.n yang mudah terbakar dalam rasio air 1/3, 2/3 bahan bakar yang dapat dpadamkan dalam 1 area melingkar.

APAR jenis Hallon (Thermatic Halotron)
Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet, Plastik, dll.) dan C (Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu Listrik, dll.)
Alat Pemadam Api Otomatis yang berisi Clean Agent Halotron™ I.  Alat pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis ini menggunakan gas pendorong Argon, dan alat pengukur tekanan dipasang di  Alat pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis. Kapasitas unit 2kg dan 5kg difungsikan otomatis oleh sensitifitas panas dengan kepala sprinkler dan lengkap dengan tekanan. Alat pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis ini memerlukan pemeliharaan minimum 1 tahun dan Thermatic Halotron™ I ini juga bergaransi 1 tahun. Menjadi agent/media isi yang paling bersih, tidak meninggalkan residu setelah digunakan. Aman jika terhirup manusia dan juga ramah lingkungan. Thermatic Halotron™ I ini desain sebagai pengganti gas Halon dan tidak mengandung CFC.
Cara Kerja Thermatic Halotron™ I integrasi fire alarm adalah sebagai berikut :
Keberadaan asap dalam ruangan dideteksi smoke detector yang mengcover kebakaran ruangan yang diproteksi, sehingga alarm bell berbunyi.
Apabila ada kebakaran dan belum sempat dipadamkan dan suhu ruangan mencapai panas 68OC, bulb sprinkler otomatis pecah dan gas Halotron™ I menyemprot otomatis sehingga api dalam sekejap akan segera padam.

TABEL Jenis media pemadam kebakaran dan aplikasinya:


KLASIFIKASI

JENIS KEBAKARAN
JENIS MEDIA PEMADAM KEBAKARAN
TIPE BASAH
TIPE KERING
AIR
BUSA
POWDER
GAS CO2
CLEAN AGENT
KELAS A
Bahan padat seperti kayu
VVV
V
VV
V
VVV)*
Bahan berharga atau penting
XX
XX
VV)*
VV
VVV
KELAS B
Bahan Cair
XXX
VVV
VV
V
VVV
Bahan gas
X
X
VV
V
VVV
KELAS C
Panel listrik
XXX
XXX
VV
VV
VVV
KELAS D
Kalium, litium, magnesium
XXX
XXX
KHUSUS
X
XXX

Keterangan:
VVV    : Sangat efektif
VV       : Dapat digunakan
V         : Kurang tepat/tidak dianjurkan
X         : Tidak tepat
XX       : Merusak
XXX    : Berbahaya



Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN ACCIDENT, INCIDENT, DAN NEAR MISS

LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA (MENURUT ILO)

Pelatihan K3 Migas Cepu - Jadwal Terdekat