Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

BEHAVIOR BASED SAFETY TRAINING

Gambar
 BEHAVIOR BASED SAFETY TRAINING PENGANTAR Banyak perusahaan yang telah menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) namun kinerja keselamatannya belum memuaskan dan angka kecelakaan masih tinggi. Karena itu perlu pendekatan di mana salah satu di antaranya adalah keselamatan berdasarkan perilaku atau Behavior Based Safety (BBS). Sejak diperkenalkan di awal tahun 1990, konsep Behavior Based Safety (BBS) semakin banyak diterapkan di berbagai perusahaan. Konsep ini berdasarkan penelitian yang menyimpulkan bahwa faktor dominan penyebab kecelakaan adalah unsur manusia. Karena itu pendekatan pencegahan kecelakaan harus menempatkan aspek manusia sebagai unsur sentral melalui pendekatan keselamatan berdasarkan perilaku. TUJUAN Tujuan pelatihan peserta mempunyai pemahaman yang mendasar tentang perilaku manusia, merubah perilaku manusia dan memahami program BBS. Program pelatihan disusun secara interaktif mencakup presentasi, diskusi, latih

TRAINING AHLI K3 KONSTRUKSI

Gambar
PELATIHAN AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI SERTIFIKASI DEPNAKERTRANS RI DATE SCHEDULE: 24 – 28 Februari 2014 ….RUNNING. …. 24 – 28 Maret 2014 21 – 25 April 2014….JAKARTA – RUNNING….. 19 – 23 Mei 2014 23 – 27 Juni 2014 25 – 30 Agustus 2014 23 – 27 September 2014 13 – 18 Oktober 2014 10 – 15 November 2014 15 – 20 Desember 2014 VENUE: Hotel Amaris Senen, Jl Kramat Raya, Jakarta Timur. DESKRIPSI Angka kecelakaan kerja di sektor konstruksi di dunia pada umumnya lebih tinggi dari angka kecelakaan di sektor lainnya seperti sektor manufaktur maupun industri. Tingginya angka kecelakaan kontruksi bersumber dari berbagai faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain pekerjaan yang beresiko tinggi, rendah dan kurangnya tenaga ahli K3 konstruksi,serta rendahnya komitmen pengusaha. Permasalahan K3 kontruksi yang pada umum menjadi penyebab banyaknya kecelakaan kerja seperti rendahnya pemahaman dan kepekaan terhadap bahaya dan resiko kontruksi, tidak menguasai peralatan

TRAINING AHLI K3 MIGAS SERTIFIKAT BNSP DAN LSP MIGAS

Gambar
TRAINING AHLI K3 MIGAS SERTIFIKASI BNSP DAN LSP MIGAS JADWAL : LATAR BELAKANG PELATIHAN K3 MIGAS Industri Migas merupakan industri yang beresiko tinggi. Pelanggaran yang disebabkan akibat kelalaian dan ketidakpedulian yang kecil sekali pun terhadap persyaratan K3LH dapat berakibat fatal sehingga menimbulkan bencana yang berdampak sangat serius. Oleh sebab itu, pemerintah terus berusaha semaksimal mungkin untuk mengawasi secara ketat pelaksanaan dan penerapan standar K3LH pada kegiatan operasi MIGAS mulai dari sektor hilir hingga sektor hulu. Menurut Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tercatat sebanyak 4 kali kecelakaan dengan klasifikasi berat dan fatal dalam kegiatan operasi hilir MIGAS untuk tahun 2008, menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 6 kali. Adapun kecelakaan dalam kegiatan operasi hulu migas berjumlah 12 kali atau sama dengan Tahun 2007. Berdasarkan data-data tersebut, sector hili

ASPEK DAN DAMPAK LINGKUNGAN - SISTEM MANAGEMENT ISO 14001:2004

Gambar
DESKRIPSI PELATIHAN Aktivitas identifikasi dan evaluasi aspek dampak (ASDAM) lingkungan merupakan langkah awal yang mendasari penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) sehingga pemahaman dan pemilihan metodologi serta hasilnya merupakan satu keharusan yang penting. Organisasi harus mengenali aspek/dampak lingkungan sebelum dapat membangun suatu SML yang baik. Bila diibaratkan dengan tubuh manusia, aspek merupakan darah yang mensuplai masukan-masukan kepada elemen-elemen lain dalam Standar. Hasil identifikasi aspek yang buruk menyebabkan sistem yang tidak representatif dan kemungkinan besar gagal dalam penerapannya. Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi aspek dampak lingkungan dari kegiatan, produk atau jasa yang dapat dikendalikan dan oleh karenanya diharapkan memiliki pengaruh, untuk menentukan aspek-aspek yang memiliki atau dapat memiliki dampak penting ke lingkungan. Organisasi harus menjamin bahwa aspek yang t

PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PERUSAHAAN

Gambar
TRAINING DESCRIPTION  Aktifitas Industri hampir selalu menghasilkan limbah berbahaya. Pengelolaanlimbah industri berbahaya memerlukan pengetahuan, wawasan serta upaya identifikasi yang benar terhadap bahan berbahaya tersebut. Bahan kimia berbahaya mencakup bahan kimia korosive, racun dan sangat mudah terbakar (flammables). Di industri bahan kimia dijumpai sebagai bahan proses dan juga sebagai bahan buangan (waste). Informasi yang kurang dan tidak benar terhadap bahan kimia ini dapat mengakibatkan fatal bagi operator yang bekerja dengan bahan kimia itu serta lingkungan. PENGETAHUAN YANG DIDAPAT Setelah pelatihan ini, diharapkan peserta : Mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang sifat – sifat bahan kimia dan efeknya terhadap kesehatan. Mencakup: incompatibility bahan, degree of flammability, maximum exposure limit, toxicity dll. Memahami aktifitas handling, transport dan storage. Memahami pentingnya Manual safety dan MSDS dari bahan kimiate

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DI RUMAH SAKIT

Gambar
PENDAHULUAN Limbah Rumah Sakit mengandung bahan beracun berbahaya.  Rumah Sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang kemungkinan mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan sisa makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi. Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik. Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun 1999. Biasanya orang mengaitkan limbah B3 dengan industri. Siapa yang menyangka ternyata dirumah sakitpun menghasilkan limbah berbahaya dari limbah infeksius. Limbah infeks

FIRST AID (PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN)

Gambar
LATAR BELAKANG Kesehatan adalah hal yang utama dalam kehidupan. Dengan kesehatan yang terjaga, manusia dapat melakukan segala aktifitas. Berbagai upaya dilakukan agar tetap sehat mulai dari menjaga kebersihan sampai pergi ke dokter untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ketika sakit. Pentingnya Kesehatan seperti bunyi diatas yang dituangkan pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi RI No. PER15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di tempat kerja pada Bab 2, Pasal 3, ayat 1 & 2 sebagaimana ayat 1. Oleh Karena itu Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) atau First Aid Training (FAT) atau Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) merupakan pelatihan yang diberikan kepada setiap orang, baik petugas kesehatan maupun orang awam dalam menanggulangi suatu keadaan yang mengancam nyawa dengan situasi yang terbatas dan segera. Sehingga Upaya dalam memberikan pertolongan ringan maupun berat yang me

ISO 22000: UNDERSTANDING AND IMPLEMENTING FOOD SAFETY MANAGEMENT SYSTEM

Gambar
ISO 22000: UNDERSTANDING AND IMPLEMENTING FOOD SAFETY MANAGEMENT SYSTEM   PENDAHULUAN Food Safety Management Systems (Sistem-Sistem Manajemen Keamanan Makanan) berdasarkan ISO 22000 membantu organisasi untuk menatalaksana risiko-risiko yang berkaitan dengan makanan dan minuman. Sistem-sistem manajemen tersebut perlu memperhitungkan tidak saja peraturan dasar makanan dan praktek-praktek tempat kerja yang dapat diterima, tetapi juga meliputi rencana-rencana kemungkinan untuk terjadinya krisis seperti penarikan kembali produk. Semua jenis praktek tersebut membentuk dasar suatu Food Safety Management System. Standar ini mencakup key elements untuk membentuk Food Safety, dimana salah satu key element tersebut adalah HACCP yang dirancang untuk digunakan pada semua segmen industri pangan mulai penanaman, pemanenan, pengolahan, pabrikasi, distribusi dan penjualan sampai pada penyiapan makanan untuk dikonsumsi. Program-program prasyarat seperti GMP yang diterapkan saa

MANAGEMEN NYERI

Gambar
PENDAHULUAN Nyeri dapat didefinisikan sebagai "pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau dilukiskan dalam istilah seperti kerusakan" (The International Association for the Study of Pain, 1979). Namun dewasa ini, banyak rumah sakit yang telah melakukan upaya intensif untuk mengelola rasa nyeri tersebut, sehingga rasa nyeri yang menyertai tindakan medis, tindakan keperawatan, ataupun prosedur diagnostik pada pasien dapat diminimalkan atau dilakukan tindak lanjut yang teratur, sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh rumah sakit dan kebutuhan pasien. Nyeri yang dirasakan pasien dikelola dengan melakukan pemantauan secara kontinyu dan terencana. Bahkan dalam akreditasi Joint Commission International (JCI) isu manajemen nyeri ini menjadi salah satu elemen penilaian yang dipersyaratkan untuk dipenuhi oleh pihak rumah sakit. TUJUAN PEMBELAJARAN Se

PENANGANAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Gambar
DESKRIPSI TRAINING Bahan Kimia baik dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat kimia dan fisika dan atau toksikologi dapat berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan kerja. Karena itu upaya pengendalian diperlukan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja terhadap tenaga kerja. Perusahaan selalu berupaya mengendalikan bahan kimia berbahaya tersebut untuk mencegah  terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Namun tanpa peran serta aktif dari karyawan, hal ini mustahil dapat dicapai. Karena itu diperlukan pemahaman akan keberadaan bahan kimia berbahaya dan dampaknya bagi kesehatan mereka. Pemahanan ini memerlukan upaya komunikasi yang intens antara manajemen dan karyawan secara timbal balik. Komunikasi bahaya khususnya bahaya kimia merupan elemen yang sangat penting dalam upaya pencegahaan kecelakaan ataupun kondisi darurat, mengingat efek dari bahaya kim

AUDIT K3 DI RUMAH SAKIT

Gambar
LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan sektor yang sangat cepat berkembangnya. Di US terdapat 18 juta pekerja terlibat didalamnya, dan wanita merupakan 80% darinya. Hazard yang terlibat dalam aktifitas ini sangat beragam, seperti needlestick injuries, back injuries, latex allergy, violence, dan stress. Walaupun hal ini sangat mungkin dicegah, namun kejadian injury maupun infeksi tetap saja terjadi. Upaya pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan selama bekerja belum banyak dilakukan. Menurut WHO, dari 35 juta petugas kesehatan, ternyata 3 juta diantaranya terpajan oleh bloodborne pathogen, dengan 2 juta dianatanya tertular virus hepatitis B, dan 170.000 diantaranya tertular virus HIV/AIDS. Menurut NIOSH, untuk kasus-kasus yang non-fatal baik injury maupun penyakit akibat kerja, sarana kesehatan sekarang semakin meningkat, berbanding terbalik dengan sektor konstruksi dan agriculture yang dulu paling tinggi, sekarang sudah sangat menurun

TANGGAP DARURAT MEDIS PERUSAHAAN (MEDICAL EMERGENCY RESPONSE PLAN)

Gambar
DESKRIPSI TRAINING Tanggap darurat adalah hal yang wajib dikembangkan di perusahaan, mengingat adanya faktor risiko terkait dengan operasi perusahaan, yang karena suatu hal dapat tidak terkendali.Bila terjadi kedaruratan maka kerugian yang timbul dapat dari kerusakan properti dan ancaman bagi keselamatan dan kesehatan manusia/pekerja. Sebagai bagian dari ERT (Emergency Response Team) adalah Tim Tanggap Darurat Medis (Medical Emergency Response Team) yang fokus dalam memberikan bantuan kepada korban. Para akhli mengatakan bahwa sebagian korban kematian akibat kedaruratan adalah “preventable death” atau kematian yang dapat dicegah dengan pemberian pertolongan yang tepat dan cepat. Karena itu mengembangkan kompetensi dan organisasi team tanggap darurat medis sangatlah penting dalam upaya menyelamatkan korban. Adalah salah besar bila mengira bahwa tanggap darurat medis (medical emergency response plan) hanyalah tanggung jawab dari petugas medis. Justru pe

K3 DI RUMAH SAKIT DAN PATIENT SAFETY

DESKRIPSI TRAINING Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit juga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam program patient safety. SKILL DAN INFORMASI YANG AKAN DIDAPAT Mampu melakukan identifikasi risiko seperti faktor fisik, kimiawi serta biologis, bekerja di rumah sakit serta fasilitas medis lainnya. Mampu mengembangkan upaya kontrol terhadap faktor risiko tersebut. Mampu mengembangkan program pencegahan seperti menetapkan alat peli

PENERAPAN HYGIENE INDUSTRI DI TEMPAT KERJA

PENDAHULUAN Managers dan supervisor, siapa yang bertanggung jawab dalam hal keselamatan dan kesehatan Kerja perlu berupaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat Kerja, dengan membangun budaya keselamatan di tempat kerja. Salah satu upayanya adalah dengan mengembangkan serta menerapkan program higiene industri. Higiene Industri dikembangkan berdasarkan antisipasi, rekognisi, evaluasi serta upaya control terhadap kondisi di tempat kerja yang dapat menimbulkan injury maupun penyakit akibat Kerja. Dikembangkan melalui upaya monitoring lingkungan Kerja serta metode analisisnya untuk mendeteksi adanya paparan terhadap karyawan, serta dikendalikan melalui control secara teknik, control administrative serta upaya control lainnya untuk mencegah gangguan kesehatan bagi karyawan. Seorang akhli Higiene Industri melakukan analisa, identifikasi dan mengukur potensi bahaya atau stressor di tempat kerja (mis : factor fisik, kimiawi, ergonomic atau b

CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS)

SASARAN PELATIHAN Pelatihan ini akan memberi gambaran kepada para peserta tentang bagaimana Proses Contractor safety manajemen system di berlakukan di perusahaan, baik perusahaan sebagai pemberi kerja maupun pelaksana pekerjaan. Pelatihan ini di desain sesuai dengan perkembangan CSMS yang ada dan berlaku di perusahaan yang bergerak di Industri Migas, Maritim maupun pertambangan, yang disesuailan dengan Guidelines OGP (Oil & Gas Producer) Hasil yang diharapkan kepada para peserta, dalam pelatihan ini diharapkan peserta mempunyai kemampuan untuk: Memahami persyaratan CSMS yang diberikan oleh Pemberi kerja Mengembangkan system manajemen yang sesuai dengan persyaratan CSMS Membuat persyaratan CSMS bagi pemberi kerja Peserta juga akan memahami : Pemenuhan dan cara penilaian Pemberi kerja dalam menilai dokumen Prakualifikasi Membuat Risiko pekerjaan yang akan ditawarkan Membuat HSE Plan project Daftar periksa dan audit Pekerjaan yang sedang berlangsung (W

SMK3 BERDASARKAN OHSAS 18001:2007

SMK3 BERDASARKAN OHSAS 18001:2007 MATERI Pemahaman persyaratan OHSAS 18001:2007 Pemahaman persyaratan PP-50:2012 Organisasi K3 Manajemen Risiko Pembuatan Sasaran dan Program Pembuatan Kebutuhan Pelatihan Identifikasi Keadaan Darurat Organisai Keadaan Darurat Mekanisme Sertifikasi OHSAS / PP-50 Peningkatan berkelanjutan / Continual improvement SASARAN PELATIHAN SMK3 Pelatihan ini akan memberi gambaran kepada para peserta tentang bagaimana menerapkan system manajemen K3 berdasarkan OHSAS 18001:2007 dan Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 . Hasil yang diharapkan kepada para peserta, dalam pelatihan ini diharapkan peserta mempunyai kemampuan untuk: Memahami persyaratan OHSAS 18001:2007 dan PP-50:2012 untuk kegiatan operasional organisasinya. Membuat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elemen Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Memahami Organisasi K3 yang harus dibuat METODA PELATIHAN Pelatihan ini merupakan pelatihan ya

PEMAHAMAN, DOKUMENTASI DAN IMPLEMENTASI SMK3

DESKRIPSI PELATIHAN Setiap bisnis perlu mengelola kesehatan dan keselamatan kerja, mengapa demikian? Bukan saja karena sebagai pemenuhan perundang-undangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, tapi bisnis yang sehat tentunya harus mengelola risiko kesehatan dan keselamatan kerjanya. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja/SMK3 Permenaker No. 5/MEN/1996 & PP No. 50 Tahun 2012 yang sistematis akan membantu bisnis Anda dalam mencapai kesuksesan menyangkut hal ini. Tujuan utama dari SMK3, adalah untuk memungkinkan bisnis mengontrol risiko terkait aspek keselamatan kesehatan kerjanya dan dapat meningkatkan kinerjanya. Bisa dikatakan bahwa adalah hal yang penting bagi suatu perusahaan dapat menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja/SMK3 dan bukan untuk mendapatkan sertifikasinya, karena keberhasilan penerapan SMK3 diatas segalanya. Pelatihan ini akan mengarahkan dan memberi kepahaman kepada peserta dalam menyiapkan sumber day